Daftar Blog Saya

Minggu, 21 Oktober 2018

Catatan harian


Pagi cerah menghias Parakan
( Catatan Harian )

Ahad pagi ketika bangun tidur aku merasakan punggungku tidak nyaman. Aku merasakan setelah aktifitas perjalanan pulang pergi Ajibarang – Yogyakarta plus hampir seharian penuh duduk didepan laptop. Aku memutuskan setelah sholat Subuh tidak menghadiri pengajian ahad pagi di Masjid At Taqwa Ajibarang. Kumanjakan tubuhku untuk meluruskan punggung dengan tiduran sambal membaca buku.
Hari ini ada undangan mengisi tausiyah di sebuah silaturahmi keluarga besar Bangsa Tirta di desa Parakan. Sambil menikmati secangkir the panas dengan setoples penuh peyek kacang aku mulai mencorat-coret buku membuat konsep materi yang akan disampaikan nanti. Walaupun mengisi tausiyah hal yang biasa akan tetapi bagi aku berangkat tidak memiliki persiapan konsep materi yang jelas maka akan turun mimbar dengan penuh penyesalan.
Pukul 09.00 aku mandi dan mempersiapkan penampilan menyesuaikan diri. Penampilan  ditempat perkumpulan sebuah keluarga besar tentu saja tidak sama dengan di masjid. Tepat pukul 09.30 aku berangkat dengan sepeda motorku dengan pelan karena sengaja ingin menikmati perjalanan. Aku sudah bisa menghitung estimasi waktu karena undanganya jam 10.00 pada hal waktu yang dibutuhkan sampai lokasi hanya 10 menit. Aku bisa memacu motorku pelahan sambl sesekali berhenti untuk mengabadikan kejadaan dengan camera ponselku.
 Terlihat di kanan kiri jalan menuju parakan tanaman padi sudah menguning dan siap panen bahkan sebagian sedang dipanen. Bau harum aroma batang padi yang yang sudah dipotong sangat nikmat mengingatkan kemasa kecilku sering bermain disawah saat panen seperti ini. Bebrapa orang laki-laki sedang menyabit batang-batang padi, sementara yang  perempuan mulai menggelar terpal untuk tempat merontokan padi. Disini panen masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan cara “gepyok”. “Gepyok” adalah memukulkan batang padi ke sebuah papan kayu keras agar bulir-bulir padi rontok. Bulir padi yang rontok kemudian dikumpulkan dan dipisahkan dari sampah dedaunan padi yang terbawa dengan cara ditampi atau ditapeni. Aku benar-benar menikmati perjalanan singkat ini.
Pukul 09.45 aku sudah tiba di Parakan sengaja lebih awal dari jadwal agar bisa singgah ketempat ustadz yang menghubungiku. Aku berhenti di Masjid Ulil Amri sesuai kesepakatan dengan penghubungku. Sebuah masjid yang indah terletak dipinggir perkampungan dengan tanaman hias peneduh yang tumbuh subur. Dibelakang masjid adalah sawah yang luas sampai pinggir  Sungai Tajum. Aku menikmati pemandangan sekitar masjid yang bersih dan asri di siang hari. Biasanya aku datang  sore hari untuk mengisi tausiyah disitu.
Kami berdua bersama ustadz Anton penghubungku berjalan menyusuri pinggiran sungai kecil yang airnya jernih serta deras. Banyak ibu-ibu sedang mencuci pakaian disana sehingga akupun harus selalu minta permisi. Aku singgah dirumah ustadz Anton dan ngobrol sebentar sambal minta informasi tentang acara nanti agar aku bisa menyesuaikan diri. Pukul 09.55 seorang utusan menghubungi kami bahwa acara akan segera dimulai, kamipun beriringan menuju ke sana.