Pagi cerah menghias Parakan
( Catatan Harian )
Ahad pagi ketika bangun tidur aku merasakan
punggungku tidak nyaman. Aku merasakan setelah aktifitas perjalanan pulang
pergi Ajibarang – Yogyakarta plus hampir seharian penuh duduk didepan laptop.
Aku memutuskan setelah sholat Subuh tidak menghadiri pengajian ahad pagi di
Masjid At Taqwa Ajibarang. Kumanjakan tubuhku untuk meluruskan punggung dengan
tiduran sambal membaca buku.
Hari ini ada undangan mengisi tausiyah di
sebuah silaturahmi keluarga besar Bangsa Tirta di desa Parakan. Sambil
menikmati secangkir the panas dengan setoples penuh peyek kacang aku mulai
mencorat-coret buku membuat konsep materi yang akan disampaikan nanti. Walaupun
mengisi tausiyah hal yang biasa akan tetapi bagi aku berangkat tidak memiliki
persiapan konsep materi yang jelas maka akan turun mimbar dengan penuh
penyesalan.
Pukul 09.00 aku mandi dan mempersiapkan
penampilan menyesuaikan diri. Penampilan ditempat perkumpulan sebuah keluarga besar
tentu saja tidak sama dengan di masjid. Tepat pukul 09.30 aku berangkat dengan
sepeda motorku dengan pelan karena sengaja ingin menikmati perjalanan. Aku
sudah bisa menghitung estimasi waktu karena undanganya jam 10.00 pada hal waktu
yang dibutuhkan sampai lokasi hanya 10 menit. Aku bisa memacu motorku pelahan
sambl sesekali berhenti untuk mengabadikan kejadaan dengan camera ponselku.
Terlihat
di kanan kiri jalan menuju parakan tanaman padi sudah menguning dan siap panen
bahkan sebagian sedang dipanen. Bau harum aroma batang padi yang yang sudah
dipotong sangat nikmat mengingatkan kemasa kecilku sering bermain disawah saat
panen seperti ini. Bebrapa orang laki-laki sedang menyabit batang-batang padi,
sementara yang perempuan mulai menggelar
terpal untuk tempat merontokan padi. Disini panen masih menggunakan cara tradisional
yaitu dengan cara “gepyok”. “Gepyok” adalah memukulkan batang padi ke sebuah
papan kayu keras agar bulir-bulir padi rontok. Bulir padi yang rontok kemudian
dikumpulkan dan dipisahkan dari sampah dedaunan padi yang terbawa dengan cara
ditampi atau ditapeni. Aku benar-benar menikmati perjalanan singkat ini.
Pukul 09.45 aku sudah tiba di Parakan sengaja
lebih awal dari jadwal agar bisa singgah ketempat ustadz yang menghubungiku.
Aku berhenti di Masjid Ulil Amri sesuai kesepakatan dengan penghubungku. Sebuah
masjid yang indah terletak dipinggir perkampungan dengan tanaman hias peneduh
yang tumbuh subur. Dibelakang masjid adalah sawah yang luas sampai pinggir Sungai Tajum. Aku menikmati pemandangan
sekitar masjid yang bersih dan asri di siang hari. Biasanya aku datang sore hari untuk mengisi tausiyah disitu.
Kami berdua bersama ustadz Anton penghubungku
berjalan menyusuri pinggiran sungai kecil yang airnya jernih serta deras.
Banyak ibu-ibu sedang mencuci pakaian disana sehingga akupun harus selalu minta
permisi. Aku singgah dirumah ustadz Anton dan ngobrol sebentar sambal minta
informasi tentang acara nanti agar aku bisa menyesuaikan diri. Pukul 09.55
seorang utusan menghubungi kami bahwa acara akan segera dimulai, kamipun beriringan
menuju ke sana.