Daftar Blog Saya

Selasa, 08 September 2015



INOVASI PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN
Oleh
Efi Miftah Faridli
Disampaikan pada Pelatihan Model Pembelajaran Project Citizen PPKn FKIP UMP
 5 September 2015

A.    Rasional Project Citizen di sekolah
Pendidikan dasar (basic education) diselenggarakan di Sekolah Dasar dan Menengah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis dalam mengikuti pendidikan lanjut. Secara sederhana pendidikan dasar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Namun pada kenyataan di lapangan ternyata tujuan di atas kurang terlaksana sesuai harapan. Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar. Guru sebagai agen perubahan bagi siswa-siswanya memerlukan upaya maksimal dalam membelajarkan siswa melalui pendekatan, model, metode, dan strategi yang tujuannya diharapkan siswa lebih paham terhadap konsep yang mereka pelajari. Gejala peran guru sebagai teacher centre kiranya dapat diubah melalui student oriented sehingga guru tidak berfungsi sebagai transfer of knowledge, melainkan sebagai fasilitator dan transfer of value. Metode dan model pembelajaran yang harus dikuasai guru adalah  metode dan model yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa (Djahiri: 1996). Pengembangan pembelajaran ini salah satunya dapat diakomodasikan melalui model Project Citizen dengan asumsi model Project Citizen memungkinkan siswa menggunakan segala potensinya (kognitif, afektif dan psikomotor).
Cogan (1998: 115) mengkonstruksi karakteristik yang harus dimiliki warga negara sebagai berikut: 1) The ability to look at and approach problems as a member of a global society (kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global);  2) The ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for one’s roles/duties within society (kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat); 3) The ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences (kemampuan untuk memahami, menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya); 4) The capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan berpikir kritis dan sistematis); 5) The willingness to resolve conflict and in a non-violent manner (kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan); 6) The willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect the environment (kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungannya); 7) The ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc) (memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis dan sebagainya)); 8) The willingness and ability to participate in politics at local, national and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintah lokal, nasional dan internasional).
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.  Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari  nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.
Untuk itu, maka proses pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah yang memberdayakan siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau “critical thinking oriented and problem solving oriented models” salah satu cara internasional yang diterapkan secara adaptif di Indonesia yaitu “We the People...Project Citizen”. Model ini dikenal sebagai “A portfolio-based civic education project” yang dirancang untuk mempraktekkan salah satu hak warga negara, yaitu “...the right to try to influence the decision people in his/her government make about all of those problem” (CCE: 1998). Model ini melibatkan siswa melalui suatu “proyek belajar” yang secara prosedural dengan langkah-langkah:
·         Identify a problem to study;
·         Gather information;
·         Examine solutions;
·         Develop students own public policy;
·         Develop action plan;
Hasil penelitian sebelumnya, Soule (2000) dalam Liou (2004) menguji pengaruh Project Citizen terhadap civic development siswa di Bosnia dan Herzegovina. Mei 1999, 1,991 siswa telah disurvey, kira-kira setengahnya ikut berpartisipasi dalam Project Citizen dan setengahnya tidak. Dengan menggunakan matching comparison group, Soule menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam Project Citizen memiliki peningkatan yang signifikan dalam political skills and knowledge (kemampuan politik dan pengetahuan), political attitudes (tingkah laku politik), and values supportive of democracy (mendukung nilai-nilai demokrasi). Penelitian Soule menunjukkan hasil yang positif untuk partisipasi siswa dalam pengukuran tiga dimensi: political skills and knowledge, political attitudes, and values supportive of democracy.

B.     Bagaimanakah Penerapan Project Citizen pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah ?
1)        Mengidentifikasi Masalah
Para siswa akan diberi contoh daftar masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Daftar ini mewakili masalah-masalah yang pemecahannya dianggap sebagai tugas pemerintah saja.Masalah yang ada dapat dicari dari berbagai sumber, misalnya masalah di sekolah, di rumah, di masyarakat dan di negara secara lebih luas.
a.        Kegiatan Kelompok Kecil
Mendiskusikan masalah yang telah dipilih siswa dalam kelompoknya masing-masing.
b. Pekerjaan Rumah
·         Tugas Wawancara
·         Tugas Mencari Informasi dari Media Cetak
·         Tugas Mencari Informasi Melalui Radio dan Televisi
2)        Memilih Masalah Sebagai Bahan Kajian Kelas
Setelah mengidentifikasi masalah, siswa bersama guru memilih masalah yang hendak dipilih sebagai bahan kajian kelas.
a.        Membuat Daftar Masalah
b.        Melakukan Pemungutan Suara
3)        Mengumpulkan Informasi
Berdasarkan masalah yang telah ditetapkan berdasarkan kelompok, siswa mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji. Tujuan tahap ini adalah agar kelas dapat memperoleh informasi tambahan yang akurat dan komprehensif untuk memahami masalah yang menjadi kajian kelas.
a.         Aktivitas Kelas: Mengidentifikasi Sumber-sumber Informasi
1)      Perpustakaan
2)      Kantor  Surat Kabar
3)      Professor dan pakar
4)      Pakar Hukum dan Hakim
5)      Kepolisian
6)      Kantor Legislatif
7)      Kantor Pemerintah Daerah
8)      Organisasi Kemasyarakatan dan Kelompok Kepentingan
9)      Jaringan Informasi Elektronik
b. Tugas Pekerjaan Rumah
Setelah memutuskan sumber-sumber informasi yang akan digunakan, kelas akan dibagi dalam beberapa kelompok peneliti. Masing-masing kelompok peneliti bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang beragam.
4)        Mengembangkan Portofolio Kelas
Untuk memasuki tahap ini para siswa harus sudah menyelesaikan penelitiannya. Kelas akan dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok akan bertanggung jawab untuk mengembangkan satu bagian dari portofolio kelas. Tujuan tahap ini adalah para siswa dapat menyusun portofolio kelas, baik portofolio tayangan dan maupun portofolio dokumentasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan penelitian.
a.      Spesifikasi Portofolio
1)      Bagian  Penayangan
Bagian tayangan terdiri atas empat lembaran papan poster atau papan busa atau yang sejenis. Masing-masing panel ukurannya tidak lebih dari 90cm x 80cm. Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber-sumber informasi, peta, grafis, foto-foto, karya seni yang asli dan sebagainya.
2)     Bagian Dokumentasi
Masing-masing dari empat kelompok harus memilih bahan-bahan yang telah dikumpulkan.Bahan-bahan itu merupakan bahan-bahan yang terdokumentasi paling baik yang juga digunakan sebagai pembuktian penelitian yang telah dilakukan.
b.      Kelompok Portofolio
(1)   Kelompok portofolio satu: Menjelaskan masalah.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan pilihan masalah yang telah dikaji, menjelaskan beberapa hal yang meliputi alasan mengapa masalah yang disajikan adalah masalah yang penting, mengapa badan pemerintahan tertentu atau pemerintahan tingkat tertentu harus menangani masalah tersebut.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio satu untuk bagian penayangan dibuat pada panel pertama, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1)      Rangkuman masalah secara tertulis.
2)      Presentasi masalah dengan grafis.
3)      Identifikasi sumber informasi.
(2)   Kelompok portofolio dua: Mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan-kebijakan yang sudah ada, menjelaskan kebijakan-kebijakan alternatif yang dibuat untuk memecahkan masalah.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu untuk bagian dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio dua untuk seksi penayangan dibuat pada panel kedua, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1)      Rangkuman tertulis tentang kebijakan alternatif.
2)      Presentasi grafik kebijakan.
3)      Identifikasi sumber informasi.
(3)   Kelompok portofolio tiga: Mengembangkan kebijakan publik kelas.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerangkan dengan tepat atas suatu kebijakan tertentu yang disepakati dan didukung oleh seluruh kelas.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian untuk dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio empat untuk bagian penayangan dibuat pada panel ketiga, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1)      Penjelasan dan jastifikasi tertulis atas kebijakan yang diusulkan.
2)      Presentasi grafis kebijakan yang diusulkan.
3)      Identifikasi sumber informasi.
(4)   Kelompok portofolio empat: Mengembangkan suatu rencana tindakan.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana cara warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio empat dibuat pada panel keempat, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1)      Penjelasan tertulis tentang bagaimana cara kelas mengajak masyarakat baik perorangan maupun kelompok untuk mendukung rencana kerja yang diusulkan.
2)      Penjelasan tertulis tentang bagaimana cara kelas mendapatkan dukungan dari pemerintah atas kebijakan yang diusulkan.
3)      Presentasi grafis rencana kerja.
4)      Identifikasi sumber informasi.


5)        Menyajikan Portofolio
Setelah portofolio selesai dikerjakan, tahap akhir adalah penyajian portofolio (show case) di hadapan para hadirin dan di hadapan dewan juri yang mewakili sekolah atau masyarakat. Dengan kegiatan ini para siswa akan dibekali dengan pengalaman belajar bagaimana cara mempresentasikan ide-ide dan pemikiran kepada orang lain, serta bagaimana cara meyakinkan mereka terhadap langkah-langkah yang siswa ambil.
Empat tujuan dasar kegiatan show case ini antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Memberikan informasi kepada para hadirin tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi itu bagi masyarakat.
2)      Menjelaskan dan memberikan penilaian atas kebijakan alternatif kepada para hadirin.
3)      Mendiskusikan dari para hadirin bahwa pilihan kebijakan yang ‘paling baik’ untuk menangani permasalahan tersebut.
4)      Menunjukkan bagaimana cara kelas dapat memperoleh dukungan dari masyarakat, lembaga legislatif dan eksekutif, lembaga pemerintahan/swasta lainnya atas kebijakan pilihan kelas.
a.        Presentasi awal
Presentasi awal akan berlangsung pada empat menit pertama, kelompok portofolio kelas akan mempresentasikan informasi-informasi penting dari masing-masing portofolio.
b.        Forum Tanya jawab
Enam menit berikutnya akan menjadi forum Tanya jawab dimana dewan juri akan mengajukan beberapa pertanyaan berdasarkan presentasi dan tampilan portofolio kelas.

6)        Merefleksikan Pengalaman Belajar
Refleksi pengalaman belajar ini merupakan salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar jangan sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang sudah siswa miliki. Untuk memasuki tahap ini para siswa harus sudah menyelesaikan portofolio kelas.

C.    Daftar Pustaka
Budimansyah, D (2001). “Apa dan Mengapa Model Pembelajaran Berbasis Portofolio?”. Makalah disampaikan pada Diklat Guru-guru PKN SLTP Jawa Barat di Lembang.
Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen”, Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 179-198.
Budimansyah, D. (2009). “Inovasi Pembelajaran Project Citizen”, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.
Branson, Margaret S., (1999), Belajar Civic Eduction Dari Amerika, Yogyakarta: LKIS.
Budimansyah, D.(2009) “Substansi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Global Citizenship Education”, Makalah Seminar dan Workshop Pendidikan Warga Negara Global, di Universitas Negeri Jakarta, 6 Juni 2009.
Cogan, J John and Raymond Derricott. (1998). Citizenship Education in 21st Century. London: Kogan Page.
Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Direktoran Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pendidikan Lanjutan Pertama.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kompetensi Standar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.
Kalidjernih, Freddy K. (2009), “Globalisasi Dan Kewarganegaraan”.  Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (2), 113-126.
Komalasari, K. (2009), “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Peserta didik SMP ”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (1), 76-97.
Sapriya (Eds). (2009), Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,  Bandung: :Laboratorium Pendidikan Kewarganegraan  Universitas Pendidikan Indonesia.
Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.
UU RI No.20 tahun 2003 (2003), Jakarta :Sinar Grafika
Winataputra, U.S. (2001)Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana  Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Desertasi. Bandung: UPI
Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2007) Civic Education,  Konteks, Landasan, Bahan Ajar Dan Kultur Kelas, Bandung: Program Pendidikan  Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana UPI
Udin Syaefudin Saud. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Branson, Margaret Stimmann. (1998). The Role of Civic Education: A forthcoming Education Policy Task Force. Position Paper from the Communitarian Network, Calabasas: CCE. http//www.civiced.org/ articles_ role html.
Center for Civic Education. (1994). National Standards for Civic and Government, Calabasas: CCE.
Center for Indonesian Civic Education. (2000). Kami Bangsa Indonesia…Proyek Belajar Kewarganegaraan. (Buku Guru & Siswa) Diterjemahkan oleh Sapriya dari We the People…Project Citizens (1998). CICED.
CCE, (1996), We The People ... Project Citizen: Teacher’s Guide, Calabasas, California.
Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social Studies. Boston: Allyn Bacon.
Vontz, Thomas S., Metcalf, Kim K. and Patrick, John J. (2000). Project Citizen and the Civic Development of Adolescent Students in Indiana, Latvia, and Lithuania. Bloomington: the ERIC Clearinghouse for Social Studies.

Tidak ada komentar: