INOVASI PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN
Oleh
Efi Miftah Faridli
Disampaikan pada Pelatihan Model Pembelajaran Project
Citizen PPKn FKIP UMP
5 September 2015
A.
Rasional Project Citizen di sekolah
Pendidikan
dasar (basic education)
diselenggarakan di Sekolah Dasar
dan Menengah bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis dalam mengikuti pendidikan
lanjut. Secara sederhana pendidikan dasar bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Namun
pada kenyataan di lapangan ternyata tujuan di atas kurang terlaksana sesuai
harapan. Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa sejauh ini pendidikan di
Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka
fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber
pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar. Guru
sebagai agen perubahan bagi siswa-siswanya memerlukan upaya maksimal dalam
membelajarkan siswa melalui pendekatan, model, metode, dan strategi yang
tujuannya diharapkan siswa lebih paham terhadap konsep yang mereka pelajari.
Gejala peran guru sebagai teacher centre kiranya
dapat diubah melalui student oriented sehingga
guru tidak berfungsi sebagai transfer of
knowledge, melainkan sebagai fasilitator dan transfer of value. Metode dan model pembelajaran yang harus
dikuasai guru adalah metode dan model
yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa (Djahiri: 1996).
Pengembangan pembelajaran ini salah satunya dapat diakomodasikan melalui model Project Citizen dengan asumsi model Project Citizen memungkinkan siswa
menggunakan segala potensinya (kognitif, afektif dan psikomotor).
Cogan
(1998: 115) mengkonstruksi karakteristik yang harus dimiliki warga negara
sebagai berikut: 1) The ability to look
at and approach problems as a member of a global society (kemampuan
mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global); 2) The
ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for
one’s roles/duties within society (kemampuan bekerjasama dengan orang lain
dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat); 3) The ability to understand, accept,
appreciate and tolerate cultural differences (kemampuan untuk memahami,
menerima dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya); 4) The capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan
berpikir kritis dan sistematis); 5) The
willingness to resolve conflict and in a non-violent manner (kemampuan
menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan); 6) The willingness to change one’s lifestyle
and consumption habits to protect the environment (kemampuan mengubah gaya
hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungannya);
7) The ability to be sensitive towards
and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc) (memiliki
kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum
wanita, minoritas etnis dan sebagainya)); 8) The willingness and ability to participate in politics at local,
national and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi
dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintah lokal, nasional dan
internasional).
Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk
mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat
non ilmiah.
Untuk
itu, maka proses pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah yang memberdayakan
siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah atau “critical thinking oriented and problem solving oriented models”
salah satu cara internasional yang diterapkan secara adaptif di Indonesia yaitu
“We the People...Project Citizen”.
Model ini dikenal sebagai “A
portfolio-based civic education project” yang dirancang untuk mempraktekkan
salah satu hak warga negara, yaitu “...the
right to try to influence the decision people in his/her government make about
all of those problem” (CCE: 1998). Model ini melibatkan siswa melalui suatu
“proyek belajar” yang secara prosedural dengan langkah-langkah:
·
Identify a problem to study;
·
Gather information;
·
Examine solutions;
·
Develop students own public policy;
·
Develop action plan;
Hasil
penelitian sebelumnya, Soule (2000) dalam Liou
(2004) menguji pengaruh Project Citizen terhadap
civic development siswa di Bosnia dan
Herzegovina. Mei 1999, 1,991 siswa telah disurvey, kira-kira setengahnya ikut
berpartisipasi dalam Project Citizen dan
setengahnya tidak. Dengan menggunakan matching
comparison group, Soule
menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam Project Citizen memiliki
peningkatan yang signifikan dalam political skills and knowledge (kemampuan
politik dan pengetahuan), political attitudes (tingkah laku politik),
and values supportive of democracy (mendukung nilai-nilai demokrasi).
Penelitian Soule menunjukkan hasil yang positif untuk partisipasi siswa dalam
pengukuran tiga dimensi: political skills and knowledge, political
attitudes, and values supportive of democracy.
B. Bagaimanakah
Penerapan Project Citizen pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah ?
1)
Mengidentifikasi
Masalah
Para siswa akan diberi contoh daftar
masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Daftar ini mewakili
masalah-masalah yang pemecahannya dianggap sebagai tugas pemerintah
saja.Masalah yang ada dapat dicari dari berbagai sumber, misalnya masalah di
sekolah, di rumah, di masyarakat dan di negara secara lebih luas.
a.
Kegiatan
Kelompok Kecil
Mendiskusikan masalah yang telah dipilih siswa dalam
kelompoknya masing-masing.
b. Pekerjaan Rumah
·
Tugas
Wawancara
·
Tugas
Mencari Informasi dari Media Cetak
·
Tugas
Mencari Informasi Melalui Radio dan Televisi
2)
Memilih
Masalah Sebagai Bahan Kajian Kelas
Setelah
mengidentifikasi masalah, siswa bersama guru memilih masalah yang hendak
dipilih sebagai bahan kajian kelas.
a.
Membuat Daftar Masalah
b.
Melakukan Pemungutan Suara
3)
Mengumpulkan
Informasi
Berdasarkan masalah
yang telah ditetapkan berdasarkan kelompok, siswa mengumpulkan informasi
tentang masalah yang akan dikaji. Tujuan tahap ini adalah agar kelas dapat
memperoleh informasi tambahan yang akurat dan komprehensif untuk memahami
masalah yang menjadi kajian kelas.
a.
Aktivitas Kelas: Mengidentifikasi
Sumber-sumber Informasi
1)
Perpustakaan
2) Kantor Surat Kabar
3) Professor dan pakar
4) Pakar Hukum dan Hakim
5) Kepolisian
6) Kantor Legislatif
7) Kantor Pemerintah
Daerah
8)
Organisasi
Kemasyarakatan dan Kelompok Kepentingan
9) Jaringan Informasi
Elektronik
b. Tugas Pekerjaan Rumah
Setelah memutuskan
sumber-sumber informasi yang akan digunakan, kelas akan dibagi dalam beberapa
kelompok peneliti. Masing-masing kelompok peneliti bertanggung jawab untuk
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang beragam.
4)
Mengembangkan
Portofolio Kelas
Untuk memasuki tahap
ini para siswa harus sudah menyelesaikan penelitiannya. Kelas akan dibagi
menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok akan bertanggung jawab untuk
mengembangkan satu bagian dari portofolio kelas. Tujuan tahap ini adalah para
siswa dapat menyusun portofolio kelas, baik portofolio tayangan dan maupun
portofolio dokumentasi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari
kegiatan penelitian.
a. Spesifikasi Portofolio
1)
Bagian Penayangan
Bagian tayangan terdiri atas empat lembaran papan poster
atau papan busa atau yang sejenis. Masing-masing panel ukurannya tidak lebih
dari 90cm x 80cm. Bahan-bahan yang ditayangkan dapat meliputi
pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber-sumber informasi, peta, grafis,
foto-foto, karya seni yang asli dan sebagainya.
2)
Bagian Dokumentasi
Masing-masing
dari empat kelompok harus memilih bahan-bahan yang telah dikumpulkan.Bahan-bahan
itu merupakan bahan-bahan yang terdokumentasi paling baik yang juga digunakan
sebagai pembuktian penelitian yang telah dilakukan.
b.
Kelompok Portofolio
(1)
Kelompok portofolio satu:
Menjelaskan
masalah.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan pilihan
masalah yang telah dikaji, menjelaskan beberapa hal yang meliputi alasan
mengapa masalah yang disajikan adalah masalah yang penting, mengapa badan
pemerintahan tertentu atau pemerintahan tingkat tertentu harus menangani
masalah tersebut.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian
dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio satu
untuk bagian penayangan dibuat pada panel pertama, yang harus memuat hal-hal
sebagai berikut:
1)
Rangkuman masalah
secara tertulis.
2)
Presentasi masalah
dengan grafis.
3)
Identifikasi sumber
informasi.
(2)
Kelompok portofolio dua:
Mengkaji
kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan
kebijakan-kebijakan yang sudah ada, menjelaskan kebijakan-kebijakan alternatif
yang dibuat untuk memecahkan masalah.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian,
yaitu untuk bagian dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok
portofolio dua untuk seksi penayangan dibuat pada panel kedua, yang harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
1)
Rangkuman tertulis
tentang kebijakan alternatif.
2)
Presentasi grafik
kebijakan.
3)
Identifikasi sumber
informasi.
(3)
Kelompok portofolio tiga:
Mengembangkan
kebijakan publik kelas.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
menerangkan dengan tepat atas suatu kebijakan tertentu yang disepakati dan
didukung oleh seluruh kelas.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian
untuk dokumentasi dan bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio
empat untuk bagian penayangan dibuat pada panel ketiga, yang harus memuat
hal-hal sebagai berikut:
1)
Penjelasan dan
jastifikasi tertulis atas kebijakan yang diusulkan.
2)
Presentasi grafis
kebijakan yang diusulkan.
3)
Identifikasi sumber
informasi.
(4)
Kelompok portofolio empat:
Mengembangkan
suatu rencana tindakan.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu
rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana cara warga negara dapat
mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh
kelas.Kelompok ini mempersiapkan dua bagian, yaitu bagian dokumentasi dan
bagian penayangan. Hasil pekerjaan kelompok portofolio empat dibuat pada panel
keempat, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1)
Penjelasan tertulis
tentang bagaimana cara kelas mengajak masyarakat baik perorangan maupun
kelompok untuk mendukung rencana kerja yang diusulkan.
2)
Penjelasan tertulis
tentang bagaimana cara kelas mendapatkan dukungan dari pemerintah atas
kebijakan yang diusulkan.
3)
Presentasi grafis
rencana kerja.
4)
Identifikasi sumber
informasi.
5)
Menyajikan
Portofolio
Setelah portofolio
selesai dikerjakan, tahap akhir adalah penyajian portofolio (show case) di hadapan para hadirin dan
di hadapan dewan juri yang mewakili sekolah atau masyarakat. Dengan kegiatan
ini para siswa akan dibekali dengan pengalaman belajar bagaimana cara
mempresentasikan ide-ide dan pemikiran kepada orang lain, serta bagaimana cara
meyakinkan mereka terhadap langkah-langkah yang siswa ambil.
Empat tujuan dasar
kegiatan show case ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Memberikan
informasi kepada para hadirin tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi
itu bagi masyarakat.
2) Menjelaskan
dan memberikan penilaian atas kebijakan alternatif kepada para hadirin.
3) Mendiskusikan
dari para hadirin bahwa pilihan kebijakan yang ‘paling baik’ untuk menangani
permasalahan tersebut.
4) Menunjukkan
bagaimana cara kelas dapat memperoleh dukungan dari masyarakat, lembaga
legislatif dan eksekutif, lembaga pemerintahan/swasta lainnya atas kebijakan
pilihan kelas.
a.
Presentasi
awal
Presentasi awal akan
berlangsung pada empat menit pertama, kelompok portofolio kelas akan
mempresentasikan informasi-informasi penting dari masing-masing portofolio.
b.
Forum
Tanya jawab
Enam menit berikutnya
akan menjadi forum Tanya jawab dimana dewan juri akan mengajukan beberapa
pertanyaan berdasarkan presentasi dan tampilan portofolio kelas.
6)
Merefleksikan
Pengalaman Belajar
Refleksi pengalaman
belajar ini merupakan salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar
jangan sampai melakukan suatu kesalahan, dan untuk meningkatkan kemampuan yang
sudah siswa miliki. Untuk memasuki tahap ini para siswa harus sudah
menyelesaikan portofolio kelas.
C.
Daftar Pustaka
Budimansyah, D (2001).
“Apa dan Mengapa Model Pembelajaran
Berbasis Portofolio?”. Makalah disampaikan pada Diklat Guru-guru PKN SLTP
Jawa Barat di Lembang.
Budimansyah,
D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar
Kewarganegaraan (Project Citizen”, Acta civicus, Vol 1 No. 2, April
2008, 179-198.
Budimansyah,
D. (2009). “Inovasi Pembelajaran Project Citizen”, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs
UPI.
Branson, Margaret S., (1999), Belajar Civic Eduction Dari
Amerika, Yogyakarta: LKIS.
Budimansyah, D.(2009) “Substansi Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Global Citizenship Education”, Makalah Seminar dan
Workshop Pendidikan Warga Negara Global, di Universitas Negeri Jakarta, 6 Juni
2009.
Cogan, J John and Raymond Derricott. (1998). Citizenship Education in 21st Century. London: Kogan Page.
Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Departemen Pendidikan Nasional.
(2003). Pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Direktoran Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pendidikan Lanjutan Pertama.
Departemen Pendidikan Nasional.
(2003). Kompetensi Standar Mata Pelajaran
Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.
Kalidjernih, Freddy K. (2009), “Globalisasi Dan
Kewarganegaraan”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (2), 113-126.
Komalasari, K. (2009), “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual
Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Peserta
didik SMP ”, Acta Civicus Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (1), 76-97.
Sapriya (Eds).
(2009), Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: :Laboratorium Pendidikan
Kewarganegraan Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan
Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Lab PKn
UPI Bandung.
UU RI No.20 tahun 2003 (2003), Jakarta :Sinar Grafika
Winataputra, U.S. (2001)Jati Diri
Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana
Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks
Pendidikan IPS. Desertasi. Bandung: UPI
Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2007) Civic
Education, Konteks, Landasan, Bahan Ajar
Dan Kultur Kelas, Bandung: Program Pendidikan
Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana UPI
Udin Syaefudin Saud. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Branson, Margaret
Stimmann. (1998). The Role of Civic Education: A forthcoming
Education Policy Task Force. Position Paper from the Communitarian Network,
Calabasas: CCE. http//www.civiced.org/ articles_ role html.
Center for Civic Education.
(1994). National Standards for Civic and Government, Calabasas: CCE.
Center for Indonesian Civic Education. (2000). Kami Bangsa Indonesia…Proyek Belajar Kewarganegaraan. (Buku Guru & Siswa) Diterjemahkan oleh Sapriya dari We the People…Project Citizens (1998).
CICED.
CCE, (1996), We The People ...
Project Citizen: Teacher’s Guide, Calabasas, California.
Cleaf, David W. Van. (1991). Action
in Elementary Social Studies. Boston: Allyn Bacon.
Vontz, Thomas S., Metcalf, Kim K.
and Patrick, John J. (2000). Project Citizen and the Civic Development of
Adolescent Students in Indiana, Latvia, and Lithuania. Bloomington: the
ERIC Clearinghouse for Social Studies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar