“ BODYGUARD FROM BEIJING “
Oleh : Mardiyanto,S.H.
Bodyguard from Beijing adalah
sebuah judul film laga yang dibintangi oleh Actor Jet Lee. Dalam film itu
dikisahkan seorang wanita cantik tunangan pengusaha kaya raya menjadi saksi
kunci sebuah kasus criminal. Statusnya sebagai saksi kunci ini mengancam
keselamatan dan nyawa si Wanita cantik sehingga untuk menjamin keamanannya si
pengusaha kaya menyewa seorang bodyguard professional dari Beijing.
Profesionalisme kerja si
bodyguard membuat si wanita cantik tidak nyaman karena banyak aturan dan
larangan bahkan banyak privacy serta hoby yang tidak bebas dilakukan serta
selalu diawasi . Si wanita cantik merasa tertekan dan kebebasanya terampas sehingga berusaha keluar dan melarikan diri dari
pengawasan sang bodyguard. Begitu keluar dari pengawalan dan pengawasan
bodyguard ternyata diluar sana bahaya sudah menghadang sehingga hampir saja dia
terbunuh oleh pembunuh bayaran jika si bodyguard tidak datang menolongnya.
Sejak saat itulah dia sadar posisi dirinya dan apa fungsi bodyguard untuknya.
Dari film itu jika kita
analogikan si wanita cantik itu adalah siswa/siswi kita dan Sekolah/kita adalah
bodyguardnya dan si pengusaha kaya adalah orang tua siswa. Orang tua siswa
mempercayakan anaknya kepada kita untuk dididik dan diajarkan ilmu untuk bekal
hidupnya kelak. Sebagai lembaga pendidikan yang professional yang sudah
dipercaya oleh masyarakat , Sekolahpun membuat aturan, strategi dan kebijakan
pengelolaan pendidikan serta aturan dan tata tertib yang semuanya agar siswa
nyaman dalam menuntut ilmu meningkatkan kompetensi, dan mengembangkan minat /
bakat serta menanamkan karakter yang positif yang sebaik mungkin . Sebagai
pendidik professional maka kita membuat strategi pembelajaran, model
pembelajaran , membimbing praktek, memberikan penugasan kepada siswa agar siswa
dapat meningkatkan kompetensinya.
Apa yang telah diterapkan sekolah
dan guru dalam upaya mencetak siswa/siswi menjadi sosok manusia yang
berkualitas ini diterima sebagai sesuatu yang
menghambat kebebasan,kesenangan mereka. Semua anak adalah menyukai jiwa
bebas dengan kebebasan sebebas-bebasnya sekehendak hatinya. Aturan yang dibuat
sekolah, pembelajaran yang dilaksanakan guru, penugasan, praktek semua dianggap
kegiatan yang membatasi nafsu untuk bersenang-senang mengikuti kemauanya.
Sehingga banyak siswa berusaha keluar dari lingkaran system yang telah dibuat
oleh sekolah dan guru, maka munculah kenakalan-kenakalan yang sebenarnya
merupakan protes mereka terhadap kebebasannya yang terampas.
Kita tidak bisa menyalahkan
mereka 100 % tapi kita juga tidak boleh membenarkan apa yang mereka lakukan.
Strategi dan pendekatan harus dilakukan
untuk mencari solusi terbaik menyadarkan juga
memotivasi anak serta memunculkan kesadaran pada siswa sehingga mereka
yakin semua yang kita lakukan adalah untuk mereka. Kita jangan kecewa kesadaran
mereka akan muncul setelah mereka lulus dari sekolah kita seiring dengan
perkembangan usia dan pola pikir mereka. Segala yang kita lakukan untuk
mendidik anak bangsa adalah amal sholeh yang akan dicatat dan mendapat imbalan
sesuai kadar keikhlasan kita.
Ajibarang, 13 Jumadil akhir 1439/ 1 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar