Daftar Blog Saya

Sabtu, 02 Juni 2018


BUDAYA LITERASI DIKALANGAN GURU
Oleh : Mardiyanto
Guru SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang


Budaya literasi ( membaca dan menulis ) di era gawai ( gadget ) tampaknya semakin menurun atau lebih tepatnya luntur. Kita tidak bisa menyalahkan perkembangan teknologi karena perkembangan peradaban itu merupakan suatu keniscayaan istilah kerenya sunatulloh yang pasti akan kita alami dan harus kita sikapi. Teknologi informatika hanya salah satu factor penyebab saja karena masih banyak factor-faktor yang lain diantaranya kurangnya motifasi, sarana prasarana yang kurang memadai juga reward yang mungkin dirasa belum jelas.
Jangankan dikalangan awam dalam dunia pendidikan yang setiap harinya berkutat dengan aktifitas membaca dan menulispun budaya literasi dirasakan masih sangat minim . Baik dikalangan siswa maupun pendidik budaya literasi masih belum menunjukan gejala yang menggembirakan . Terbukti dari kecilnya angka kunjungan ke perpustakaan baik siswa maupun guru. Siswa membacapun hanya sebatas yang ditugaskan oleh guru, jarang sekali yang datang ke perpustakaan karena ingin mendapatkan informasi yang belum diketahuinya. Sebaliknya gurupun membaca sebatas mengingat kembali apa yang akan dia ajarkan kepada muridnya. Untuk memperbaharui kompetensinya diluar yang akan diajarkan pada siswa masih enggan.
Dunia gawai memudahkan kita sekedar copy paste dari berbagai sumber yang belum jelas kesahihanya dan dari mana sumber aslinya. Sebagian besar orang malas membaca tulisan-tulisan yang agak panjang padahal tulisan yang seperti itu biasanya lebih bermutu. Dalam dunia medsos ( facebook, tweeter, WA , dll ) orang akan lebih senang sekedar obrolan yang cenderung senda gurau karena pendek dan mudah dipahami. Sementara untuk membaca artikel atau mungkin catatan yang agak panjang mereka malas.
Terkait dengan budaya literasi , untuk membaca teks yang panjang saja malas apalagi sampai pada tingkatan menulis . Ini tidak hanya pada siswa saja gurupun seperti itu. Walaupun guru terbiasa mengajar akan tetapi kalau diminta menuliskan materi pelajaranya mereka kesulitan dan cenderung menyuruh siswanya merangkum sendiri bab yang telah disampaikan . Sementara ketika siswa diminta merangkumpun mereka sekedar mencatat kembali beberapa kalimat atau paragraph yang dianggapnya penting .
Hal ini tidak hanya pada guru Mapel umum bahkan juga  guru bahasa , walaupun mereka bisa mengajar bagai mana cara membuat karangan yang baik dan benar akan tetapi mereka sendiri belum  menghasilkan tulisan seperti yang diajarkan.

Mari kita budayakan literasi !
Ajibarang , 10 Januari 2018



Tidak ada komentar: