Kemandirian Versus Kemajuan
Z
|
aman boleh berubah seiring dengan perubahan peradaban yang
berlangsung . akan tetapi nilai-nilai pendidikan yang harus ditanamkan pada
anak didik kita tetaplah sama. Demikian juga nilai kemandirian yang merupakan
karakter sangatlah ugen dimasa dulu maupun sekarang agar anak-anak kita
nantinya dapat menyesuaikan dengan keadaan alam yang beragam.
Dulu nilai kemandirian dalam pendidikan kepanduan sangatlah
ditekankan . Dengan adanya perkemahan dimana anak didik berlatih hidup mandiri
dilingkungan alam dengan keterbatasan yang ada. Peserta kemah harus mencari air
sendiri, memasak sendiri, mencuci baju dan menjemurnya sampai kering, itu semua
dilakukan sendiri . Memasak air mengambil air dari mata air yang jaraknya tidak
dekat dan membawanya dengan kekuatan yang dimiliki. Nasi dimasak dan dimakan
sendiri, laukpun dibuat sendiri entah bagaimanapun rasanya tapi itu hasil jerih
payah sendiri maka kenikmatanya lebih dari masakan rumah makan manapun. Baju
yang digunakan dicuci dan dijemur sampai kering untuk dipakai lagi. Semuanya
menggunakan sarana yang ada dan disediakan oleh alam sehingga pepatah “ Taka da
rotan akarpun jadi “ menjadi sangat kental dan tertanam dalam hati. Semua
penerangan menggunakan cahaya alami yang mereka siapkan sendiri tanpa listrik
dan alat komunikaasi .Betapa hebat semangat dan bangganya mereka setelah pulang
dari perkemahan bagaikan pahlawan pulang dari medan pertempuran dengan membawa
kemenangan.
Bagaimanakah pendidikan kemandirian melalui perkemahan
dimasa sekarang ini ?
Anak-anak kita sudah terbiasa dilatih hidup enak dengan
dukungan energy dan teknologi sehingga ketergantungan mereka dengan dua hal ini
tidak dapat dihindari. Ketiadaan energy menjadi kiamat yang pertamakali
mematikan kreasi. Dimasa sekarang anak berkemah menggunakan tenda setelan yang
tinggal pasang, sudah disediakan papan kayu untuk mengatasi permukaan tanah
yang tidak rata dan kadang becek, penerangan menggunakan listrik yang sudah
tersedia , air minum sudah membawa dengan gallon yang sudah terisi. Makan sudah
dipesan menggunakan catering yang sudah siap diantar tiga kali sehari dengan
menu yang sudah diatur bervariasi.
Banyak nilai kemandirian yang gagal ditanamkan pada kegiatan
perkemahan ini. Tidak ada kegiatan memasak, mencuci, mandi dikali, bahkan
tidurpun sudah siap dengan alas empuk seperti dirumah sendiri. Prestasi yang
dijadikan tolok ukur kesuksesan kegiatan ini. Bahkan anak sudah enggan lagi
bersosialisasi karena merka sudah punya komunitas sendiri melalui alat
komunikasi. Berkumpul bersamapun masing-masing sibuk memainkan jari. Kenangan
yang diperoleh dari kegiatan ini hanya terbukti dari foto selfi.
Inikah potret kepanduan masa kini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar