Catatan seputar dunia pendidikan baik guru, siswa, kondisi dan problematika pendidikan
Daftar Blog Saya
Senin, 24 Desember 2018
Jumat, 21 Desember 2018
*Puncak Sakub*
Kecantikan Yang Layak Diperjuangkan
Mendengar nama Kaligua bagi warga
Jawa Tengah kususnya langsung terbayang pegunungan indah berhawa sejuk dengan
hamparan kebun teh yang sangat fenomenal. Banyak obyek yang bisa dikunjungi
sebagai tujuan wisata. Telaga Ranjeng sebuah telaga masih sangat alami dengan ikan liar yang
sangat jinak , bisa dibelai dan diajak bercanda. Ada Agro wisata, gua Jepang ,
Area Out Bond, Flying Fox dan segudang tempat memanjakan diri setelah setiap
hari menjalani aktifitas.
Ada satu obyek spektakuler tapi belum banyak yang menjangkau
sampai ke sana yaitu Puncak Sakub. Banyak orang pernah mengunjungi obyek wisata
Kaligua tapi tidak banyak yang sampai ke Puncak Sakub. Selain kurang dipopulerkan juga fasilitas menuju kesana
belum nyaman dan memadai. Perjalanan menuju ke Puncak Sakub cukup memacu
adrenalin.
Puncak Sakub adalah puncak
tertinggi dari obyek Wisata Kaligua. Ketinggian mencapai 2050 MDPL ( Meter
Diatas Permukaan Laut ) Dari Puncak Sakub bisa melihat seluruh area Perkebunan
Teh Kaligua. Jika cuaca sedang cerah bisa melihat jauh sampai ke kota
Paguyangan dan sekitarnya. Panorama yang sangat indah kita dapatkan disana.
Bagi penggemar foto Selfie disanalah kita dapat menciptakan pose-pose
spektakuler dengan latar belakang pemandangan yang sangat indah.
Dari Puncak Sakub kita dapat
menyaksikan gagahnya puncak gunung Slamet dari arah Barat. Dari sini pula kita
dapat menyaksikan matahari terbit dari balik puncak gunung Slamet. Untuk
mengabadikan matahari terbit dari puncak Sakub waktunya sangat limit. Kondisi
puncak Sakub yang berkabut dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga kita
harus memilih waktu yang tepat dengan kondisi cuaca yang tepat pula. Kita tidak
akan bisa berlama-lama menyaksikan matahari dari puncak Sakub karena kabut
selalu akan dating menyelimuti.
Untuk mencapai puncak Sakub bisa
ditempuh dengan jalan kaki atau sepeda motor bahkan mobilpun bisa menjangkau ke
sana. Akan tetapi tidak sembarang pengemudi mobil bisa sampai kesana, hanya
yang biasa melewati medan itu dan kondisi mesin juga harus benar-benar prima.
Selain kondisi jalan yang belum beraspal ( jalan batu ) sempit banyak tanjakan yang terjal dengan
belokan sangat tajam disisinya adalah jurang yang sangat curam.
Jalan menuju puncak Sakub saat
ini lumayan agak lebar karena digunakan untuk jalur transportasi PT SAE ( PLTG
Gunung Slamet ) walaupun masih jalan batu kerikil belum diaspal. Mulai dari
jalan utama Kaligua sampai ke portal PT SAE jalan lumayan bisa untuk ditempuh
kendaraan. Akan tetapi ketika sudah berbelok menuju puncak Sakub itulah ujian
sopir kelas wahid dimulai. Penumpang kendaraanpun akan ngeri melihat keluar
karena yang tampak adalah jurang yang sangat dalam, sehingga kalimat-kalimat
do’a dan dzikir kerap terdengar dari para penumpang.
Perjalanan menuju Puncak Sakub
lumayan berat, akan tetapi setelah sampai di sana maka semuanya akan
terbayar lunasl . Keindahan pemandangan
alam yang ditawarkan puncak Sakub melupakan perjalanan yang berat . Udara yang
dingin berselimut kabut, hamparan kebun the yang sangat luas, jalan yang
berkelok seperti ular melilit pegunungan Kaligua. Puncak gunung Slamet yang kokoh tampak dari
arah barat dengan selimut kabut tipis yang membalutnya.
Datang ke obyek wisata Kaligua
belum lengkap kalau belum sampai ke puncak Sakub. Cobalah satu kali, maka akan
selalu merindukan kesempatan berikutnya.
Ajibarang, 20 Desember 201
Senin, 12 November 2018
Membangun Kemesraan dalam Amal Sholeh
Mardiyanto, wong Ajibarang
Hari Ahad tanggal 11 November 2018 aku dan istriku memang
sudah merencanakan akan momong cucu dan keponakanku. Hari itu kami pilih karena
saat itu kedua anaku tidak ada yang dirumah. Anak sulungku berada di Solo untuk
kuliah. Anak perempuanku sedang pengikuti student exchange di SD Muhammadiyah 5
Jakarta dan kemah HW Basarnas Camp di
sentul Bogor. Kebetulan aku dan istriku sama-sama libur disela-sela kesibukan.
Sebagai sarana refreshing sekaligus recharging juga
membangun komunikasi dan memelihara kemesraan kami berdua memutuskan membuat
acara hari itu. Waktu memang sangat sempit hari Jum’at istriku visitasi di
Purworejo pulangnya aku menjemput distasiun Purwokerto pukul 21.00 WIB. Sementara
malam itu juga aku berangkat kuliah ke Yogyakarta pukul 24.00 WIB. Kami hanya
sempat bertemu 3 jam kumanfaatkan untuk makan
Bebek Goreng Lamongan di Karanglewas yang mak nyus.
Kami memilih mengajak cucu dan keponakan karena pertimbangan
kasih sayang. Cucu adalah anak keponakanku yang bekerja di Kalimantan dan
istrinya bekerja di Ajibarang sehingga otomatis kurang kebersamaan dengan kedua
orangtuanya. Satunya lagi adalah keponakan yang sejak lahir ibunya meninggal
dunia dan Bapaknya sudah menikah lagi sehingga dia dirawat oleh neneknya.
Mengingat keadaan kedua anak ini *kami tidak pernah berhitung berapa uang yang
harus aku keluarkan karena yaqin Allah akan menggantinya dengan yang lebih
baik.*
Malam Ahad aku pulang kuliah dari Yogyakarta sampai dirumah
pukul 22.30 WIB . Itupun karena satu orang dosen sedang diare jadi tidak
berangkat sehingga aku bisa pulang lebih awal. Aku memanfaatkan waktu untuk
tidur. Aku harus bangun paling tidak pukul 03.00 WIB untuk mempersiapkan
perjalanan besok pagi.
Ahad pagi pukul 03.00 dinihari aku bangun karena memang
sudah insting bangun tidur di jam itu. Aku bangunkan istriku dengan dengan
ciuman lembut pagi hari. Setelah aktifitas rohainah, kamipun prepare segala
sesuatu yang harus dipersiapkan karena akan membawa dua bocah kecil. Setelah
kami berdua siap kami membangunkan keponakanku yang malam ini sengaja tidur
dirumahku supaya lebih mudah prepare. Aku kirim pesan WA kakak perempuanku yang cucunya akan ikut pergi
denganku pagi ini belum ada jawaban.
Kami berdua membagi tugas, istriku bagian mengurus anak-anak
dan barang perbekalan untuk dikereta. Aku menghubungi sopir yang kemarin sudah menyanggupi mengantar ke stasiun. Dia
sudah menyatakan siap menjemput dan mengantar kestasiun tapi sampai pukul 04.00
WIB seperti yang dijanjikan orangnya belum datang. Telepon tersambung tapi
tidak diangkat, saya coba lagi sampai tiga kali hasilnya sama. Aku mempradiksi
dia belum bangun karena jam 04.00 WIB adalah jam tidurnya orang yang tidak
sholat Subuh. Aku menghubungi sopir yang
biasa mengantarku kuliah ke Yogyakarta sama juga mungkin sedang sholat di
Mushola HPnya tidak dibawa.
Situasi darurat pagi itu mulai terasa waktu sudah mendekati
batas aku telepon kakak perempuanku ternyata cucunya badanya panas ngga bisa
ikut. Menghubungi Grab di Ajibarang jam-jam begini tidak ada. Aku menawarkan
berangkat pakai sepeda motor karena Cuma bertiga, istriku tidak setuju khawatir
kalau hujan. Akhirnya kami memutuskan naik angkutan umum. Kami berangkat
bertiga jalan kaki ke pertigaan masjid At Taqwa ternyata jamaah Ahad pagi sudah
ramai berdatangan.
Sambil menunggu Bus datang lewatlah angkutan pedesaan. Saya
stop saya negosiasi untuk mengantar kami ke stasiun. Akhirnya setelah deal kami
berangkat mencarter koperades. Lumayan daripada lu manyun. Waktu sudah
menunjukan pukul 04.50 WIB masih ada sisa waktu 40 menit untuk sampai stasiun
Purwokerto, belum cetak tiket. Koperades melaju dengan lambat yang membuat saya
deg-degan. Saya pasrah saja pada penentu nasib manusia yaitu Allah SWT.
Pukul 05.20 WIB kami sampai stasiun langsung cetak tiket dan
langsung masuk stasiun dan menuju kereta yang sudah siap berangkat. Sepuluh
menit sebelum kereta berangkat kami sudah duduk nyaman di kereta Logawa yang
siap membawa kami ke Yogyakarta.
Ajibarang, 12 November 2018
Minggu, 21 Oktober 2018
Catatan harian
Pagi cerah menghias Parakan
( Catatan Harian )
Ahad pagi ketika bangun tidur aku merasakan
punggungku tidak nyaman. Aku merasakan setelah aktifitas perjalanan pulang
pergi Ajibarang – Yogyakarta plus hampir seharian penuh duduk didepan laptop.
Aku memutuskan setelah sholat Subuh tidak menghadiri pengajian ahad pagi di
Masjid At Taqwa Ajibarang. Kumanjakan tubuhku untuk meluruskan punggung dengan
tiduran sambal membaca buku.
Hari ini ada undangan mengisi tausiyah di
sebuah silaturahmi keluarga besar Bangsa Tirta di desa Parakan. Sambil
menikmati secangkir the panas dengan setoples penuh peyek kacang aku mulai
mencorat-coret buku membuat konsep materi yang akan disampaikan nanti. Walaupun
mengisi tausiyah hal yang biasa akan tetapi bagi aku berangkat tidak memiliki
persiapan konsep materi yang jelas maka akan turun mimbar dengan penuh
penyesalan.
Pukul 09.00 aku mandi dan mempersiapkan
penampilan menyesuaikan diri. Penampilan ditempat perkumpulan sebuah keluarga besar
tentu saja tidak sama dengan di masjid. Tepat pukul 09.30 aku berangkat dengan
sepeda motorku dengan pelan karena sengaja ingin menikmati perjalanan. Aku
sudah bisa menghitung estimasi waktu karena undanganya jam 10.00 pada hal waktu
yang dibutuhkan sampai lokasi hanya 10 menit. Aku bisa memacu motorku pelahan
sambl sesekali berhenti untuk mengabadikan kejadaan dengan camera ponselku.
Terlihat
di kanan kiri jalan menuju parakan tanaman padi sudah menguning dan siap panen
bahkan sebagian sedang dipanen. Bau harum aroma batang padi yang yang sudah
dipotong sangat nikmat mengingatkan kemasa kecilku sering bermain disawah saat
panen seperti ini. Bebrapa orang laki-laki sedang menyabit batang-batang padi,
sementara yang perempuan mulai menggelar
terpal untuk tempat merontokan padi. Disini panen masih menggunakan cara tradisional
yaitu dengan cara “gepyok”. “Gepyok” adalah memukulkan batang padi ke sebuah
papan kayu keras agar bulir-bulir padi rontok. Bulir padi yang rontok kemudian
dikumpulkan dan dipisahkan dari sampah dedaunan padi yang terbawa dengan cara
ditampi atau ditapeni. Aku benar-benar menikmati perjalanan singkat ini.
Pukul 09.45 aku sudah tiba di Parakan sengaja
lebih awal dari jadwal agar bisa singgah ketempat ustadz yang menghubungiku.
Aku berhenti di Masjid Ulil Amri sesuai kesepakatan dengan penghubungku. Sebuah
masjid yang indah terletak dipinggir perkampungan dengan tanaman hias peneduh
yang tumbuh subur. Dibelakang masjid adalah sawah yang luas sampai pinggir Sungai Tajum. Aku menikmati pemandangan
sekitar masjid yang bersih dan asri di siang hari. Biasanya aku datang sore hari untuk mengisi tausiyah disitu.
Kami berdua bersama ustadz Anton penghubungku
berjalan menyusuri pinggiran sungai kecil yang airnya jernih serta deras.
Banyak ibu-ibu sedang mencuci pakaian disana sehingga akupun harus selalu minta
permisi. Aku singgah dirumah ustadz Anton dan ngobrol sebentar sambal minta
informasi tentang acara nanti agar aku bisa menyesuaikan diri. Pukul 09.55
seorang utusan menghubungi kami bahwa acara akan segera dimulai, kamipun beriringan
menuju ke sana.
Minggu, 09 September 2018
KEJUTAN SORE
CATATAN PERJALANAN 3
KEJUTAN SORE
By . ARDIANT
Setelah kereta Gajah Wong sampai stasiun Lempuyangan, aku
dan Ocha harus lanjutkan perjalanan menggunakan Pramex ke stasiun Purwosari
Solo. Sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta Pramex satu jam kedepan kami
mampir disebuah penjual Mie goreng didepan stasiun dan langsung memesan 2 porsi
Mie goreng. Kebetulan saat itu ada dua orang ibu yang sedang makan Mie goreng.
Seperti biasanya adat orang timur sesama
pembeli kami saling menyapa.
“ Mau nganter anak ya Pak. “ Sapa si Ibu .
“ Ngga nganter tapi nengok anak di Solo, kakaknya ini.”
Jawabku sambi menunjuk kearah Ocha.
“ Oh nengok kakaknya kuliah nya dimana Pak ? “ tanya si Ibu itu.
“ Kuliah di UMS ,”
jawabku.
“ Yang ini adiknya masih SMA ? “ tanya si Ibu.
“ Ah engga … ini masih kelas 6 SD .”
“ Haaaah……. “ sahut kedua ibu itu histeris.
“ Masih SD kirain sudah SMA, bongsor banget..” kedua ibupun
tertawa terbahak-bahak.
Aku dan Ocha Cuma bisa tersenyum , kok sebegitunya.
Stasiun Lempuyangan, 2 September 2018.
Senin, 03 September 2018
RENUNGAN JELANG TAHUN BARU HIJRIYAH
Oleh : Mardiyanto, Banyumas
Hari ini adalah bulan Dzulhijah hari ke 23 yang berarti tahun
1439 tinggal sekitar satu minggu lagi. Adakah yang istimewa dari pergantian
tahun ?
Sebenarnya pergantian tahun hanyalah sekedar pergantian
kalender penanggalan yang sudah rutin dan biasa. Akan tetapi kita bisa
menggunakanya sebagai moment evaluasi diri atau Muhasabah. Bagaimanakah
kualitas hidup kita ditahun ini ? Sebagai tindak lanjut dari evaluasi adalah
perubahan di tahun berikutnya.
Moment terpenting adalah perubahan positif yang akan kita
lakukan. Permasalahanya adalah :
Maukah kita berubah ?
Siapkah kita berubah ?
Bisakah kita berubah ?
Bagaimanakah mengawali sebuah perubahan ?
Untuk itu yang paling utama adalah kemauan atau niat kita
untuk berubah. Kemudian kita juga harus siap dengan kondisi ataupun resiko yang
muncul seiring dengan perubahan itu. Kita yakin pasti bisa berubah.
Anda bisa berubah, jika Anda mau mengubah diri Anda :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Mengawali sebuah perubahan adalah mulai dari diri sendiri.
Jangan berharap orang lain akan berubah tapi mari kita mengubah diri kita
sendiri.
Mulailah perubahan dari perkara-perkara yang kecil. Kita harus
selalu ingat _“sebutir pasir akan dapat membentuk sebuah gunung pasir”
Mulailah perubahan dari saat ini. Jangan menunggu saat yang
tepat ataupun dengan perhitungan tertentu. Mulailah berubah sekarang.
_Jangan pernah
berharap panen jika kita tidak mulai menanam dari sekarang_
_Jadilah pelaku perubahan dan peraih keberhasilan jangan
hanya menjadi penonton keberhasilan orang lain._
_Bersiaplah dengan resiko yang harus dihadapi_
_Bersiaplah meraih sukses_
Ajibarang, 23 Dzulhijah 1439
PERJALANAN
CATATAN PERJALANAN 2
AJIBARANG YOGYAKARTA
BY ARDIANT
Perjalanan Perjalanan awalnya
tidak direncanakan sebab istriku sedang di Semarang. Ternyata ada kabar dari
adiku yang baru saja melahirkan di Sragen. Istriku menelpon, bagaimana rencana
kita kesana. Setelah berembug via telephone diputuskan istriku dari Semarang
langsung ke Solo dan aku bersama anaku menyusul ke Solo ketemunya di tempat
kost anaku.
Anaku kuliah di UMS Solo
mengontrak sebuah rumah di Perumahan Zada Tower berlima dengan 4 teman yang
kebetulan satu pondok di Zam-zam. Perumahan dekat kampus yang tenang walaupun
dekat dengan keramaian tapi tidak bising. Ada 4 buah kamar tiap kamar ditempati
2 orang, anaku sekamar sendiri. Satu kamar sengaja dibiarkan kosong, agar jika
ada saudara yang datang menjenguk bisa tidur di situ.
Jum’at aku prepare untuk keberangkatan ke
Solo. Dari masalah kondangan, booking tiket kereta api serta persiapain
perbekalan perjalanan. Karena waktunya mepet aku tidak kebagian tiket yang
murah, sehingga yang agak mahalpun tetap aku beli, itupun hanya sampai
Yogyakarta padahal tujuanku Solo. Dari Stasiun Lempuyangan kami nanti harus
naik Pramex ( Kereta Lokal ) ke Stasiun Purwosari Solo. Paginya anaku
bersekolah seperti biasa sementara aku libur, maka jam 09.00 WIB aku menjemput
anaku ke Sekolah. Pukul 10.00 WIB kami sudah siap, aku langsung menghubungi
Grab untuk mengantar ke Stasiun Purwokerto.
Alhamdulillah perjalanan lancar
setengah sebelas aku sudah di Stasiun Purwokerto. Setelah cetak boarding pass,
kami berdua duduk diruang tunggu sambil menunggu kereta yang ternyata terlambat
dating. Pukul 11.15 WIB kami sudah boleh masuk ke dalam Stasiun sambil menunggu
kereta tiba. Ketika terdengar adzan aku langsung melaksanakan sholat Dzuhur dan
Ashar dengan jamak qoshor. Tepat setelah selesai sholat announcer mengumumkan
kereta yang akan kami tumpangi segera datang. Seluruh penumpang bergegas menuju
jalur kereta yang diumumkan oleh announcer.
Begitu kereta tiba maka para
penumpang langsung berebut masuk. Gerbong 9 kursi no 3C dan 3D adalah gerbong
paling belakang dan tempat paling belakang pula. Aku dan anaku duduk dan mulai
mengamati penumpang sekitar kami. Dihadapanku seorang wanita usia Mahasiswi
yang cuek dan asik dengan gadgetnya, sampingnya kosong karena penumpangnya
sedang keluar. Diseberang samping kiri kami ternyata 4 orang remaja Asing,
setelah saya amati percakapanya ternyata mereka dari Timur Trengah.
Senin, 20 Agustus 2018
Pekerjaan dan Profesi
Pekerjaan dan Profesi
Mardiyanto, wong Banyumas
Mengajar adalah pekerjaan yang menyenangkan. Setiap pagi
terasa nikmat ketika berangkat ke sekolah melihat anak-anak berseragam
bersemangat menuntut ilmu. Canda dan tawa sepanjang jalan terasa sekali nuansa
kehidupan dan peradaban. Walaupun kondisi jalan yang selalu macet setiap pagi
karena memang lebar jalan yang sudah tidak mampu lagi menopang ribuan manusia
yang bergerak bersama untuk menuntut ilmu. Kondisi ini akan sangat dirindukan
manakala libur panjang sudah terasa membosankan.
Mengajar adalah menumpahkan segala kemampuan untuk
memindahkan pengetahuan dan mengasah ketrampilan serta melatih bersikap dalam
pembiasaan. Inovasi, strategi dan metodologi dimaksimalkan bagaimana tujuan dan
target dapat dilaksanakan. Akan tetapi tetap pada satu kunci keberhasilan yaitu
keikhlasan. Tidak ada hal yang lebih menggembirakan selain bekerja dengan penuh
keikhlasan. Ketika ikhlas sudah sampai pada niat awal maka semua tantangan,
rintangan dan hambatan hanyalah sekedar dinamika aktifitas pembelajaran. Tidak
ada masalah yang tidak dapat dipecahkan. Semua pasti ada jalan dan semua akan
berakhir dengan mengasyikan.
Menjadi guru adalah
profesi yang membanggakan. Membaca adalah hobby yang dinamis. Menulis adalah
pekerjaan yang empiris edukatif.
Pilihan dan Resiko
PILIHAN DAN RESIKO
Mardiyanto, wong Banyumas
Setiap manusia hidup selalu dihadapkan dengan dua pilihan.
Setiap pilihan pasti mengandung resiko.
Pilihan itu mau tidak mau harus kita ambil dan tidak dapat kita hindari. Orang
bisa cerdas memilih namun kadang-kadang tidak cerdas menerima resiko. Setiap pilihan ada resikonya dan
siapa yang cerdas mensikapi resiko maka dialah pemenang sejati. Tidak ada yang
salah dari setiap putusan yang diambil jika kita cerdas dalam memanage resiko
yang muncul.
Orang yang menghindar dan tidak memilih karena takut dengan
resiko maka dialah pecundang awal sebelum memulai pertandingan. Resiko itu
tidak mungkin dihilangkan tapi hanya dapat diminimalisir. Siapa yang takut
resiko dialah pegiat kegagalan yang tidak berani sukses. Sukses tidak akan
tercapai tanpa melewati resiko.
Minggu, 17 Juni 2018
PULE
RIWAYATMU DULU
Oleh
: Mardiyanto
Ketika
Prof Imam Robandi menggulirkan tema pohon Pule di IRO Society serentak ramai
orang membicarakan dan menanam pohon Pule. Sejak dulu tepatnya sejak masa
kanak-kanak istri saya bahkan mungkin sebelumnya, ketika tiba bulan
Ramadan Pule adalah suatu tempat yang
banyak diburu oleh muda-mudi. Pada sore hari menjelang buka puasa atau pagi
setelah sholat subuh banyak muda-mudi yang berjalan kaki ke Pule. Ada apa
sebenarnya mengapa banyak anak-anak muda datang ke sana.
Pule
adalah nama suatu tempat yang asri di desa Karangtengah kecamatan Cilongok.
Terletak di lereng selatan gunung Slamet bagian barat tepatnya diantara
Baturaden dan Kaligua. Sebenarnya hanya satu tempat dipinggir Sungai Prukut
yang disitu tumbuh pohon Pule yang rindang dan dibawahnya banyak bebatuan kali
yang cukup besar bisa digunakan untuk
duduk-duduk bersenda gurau. Pada saat itu belum banyak orang memiliki kendaraan
bermotor. Oleh karenanya Pule menjadi
tempat rekreasi muda-mudi yang murah.
Untuk sampai ke Pule cukup ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30
menit dari balai desa Karangtengah. Perjalanan dari balai desa Karangtengah
cukup mengasyikan karena harus melewati pinggiran sungai irigasi yang dikanan
kirinya terbentang sawah yang luas. Dari pinggiran sungai irigasi memandang kea
rah utara tampaklah gunung Slamet menjulang tinggi walaupun puncaknya tak
terlihat karena tertutup anak gunung yang lain. Selain pemandangan hutan gunung
Slamet bisa menyaksikan air terjun atau Curug Cipendok dengan airnya yang
jernih dari kejauhan yang bentuknya
sangat indah seperti burung Cendrawasih berwarna perak.
Bagi
muda-mudi desa Karangtengah Pule adalah icon pergaulan mereka. Para pemuda pemudi yang sudah merantau ke kotapun setiap
kali pulang mudik tidak akan pernah melewatkan mengunjungi Pule. Jika ingin
berkumpul dengan teman-teman lain grumbul cukuplah datang ke Pule pasti akan
ketemu di sana. Tidak sedikit pula diantara mereka yang merenda cinta dan
menemukan jodohnya disana.
Pagi
hari setelah sholat Subuh dan kuliah Subuh maka berbondong-bondong muda mudi masih mengenakan sarung dan mukena.
Sepanjang perjalanan hampir tiada putusnya bercandaria. Masing-masing
bergerombol laki-laki dengan laki-laki perempuan dengan perempuan. Walaupun
sampai di Pule paling hanya duduk-duduk ngobrol dan saling bercanda ria akan
tetapi suasana seperti ini sepertinya tidak pernah bosan mereka jalani sebagai
rutinitas yang mengasyikan.
Keindahan
alam Pule sekarang mulai terusik, air yang dulu jernih mengalir dengan suara
gemericik diantara bebatuan yang merdu semua tinggal kenangan. Setelah
pemerintah memberikan ijin investor membangun PLTG di gunung Slamet dengan
membabat entah berapa hektar hutan diatas sana semuanya berubah. Air sungai
Prukut yang jernih sudah tidak ada lagi karena sekarang berubah menjadi air
lumpur yang sangat keruh. Pinggiran sungai tempat tumbuh pohon Pule mulai
tergerus air. Pohon Pule yang dulu tumbuh kokoh dan Rindang sudah mulai condong
bahkan tumbang tinggal separoh.
Kemajuan
teknologi dan transportasi ikut mendukung lenyapnya tradisi jalan pagi setelah
Subuh. Anak-anak muda sekarang sudah membawa motor dan HP maka sudah enggan
berjalan kaki lagi. Ajang pergaulan tidak lagi harus saling menunggu dan
bertemu tapi cukup dengan gerakan jari. Mungkin anak-anak muda sekarang tidak
mengenal lagi Pule sebagai tempat istimewa yang penuh dengan sejuta memory
teronggok disana.
Ajibarang,
Ramadan ke 15 - 1439 H
Senin, 11 Juni 2018
“ BODYGUARD FROM BEIJING “
Oleh : Mardiyanto,S.H.
Bodyguard from Beijing adalah
sebuah judul film laga yang dibintangi oleh Actor Jet Lee. Dalam film itu
dikisahkan seorang wanita cantik tunangan pengusaha kaya raya menjadi saksi
kunci sebuah kasus criminal. Statusnya sebagai saksi kunci ini mengancam
keselamatan dan nyawa si Wanita cantik sehingga untuk menjamin keamanannya si
pengusaha kaya menyewa seorang bodyguard professional dari Beijing.
Profesionalisme kerja si
bodyguard membuat si wanita cantik tidak nyaman karena banyak aturan dan
larangan bahkan banyak privacy serta hoby yang tidak bebas dilakukan serta
selalu diawasi . Si wanita cantik merasa tertekan dan kebebasanya terampas sehingga berusaha keluar dan melarikan diri dari
pengawasan sang bodyguard. Begitu keluar dari pengawalan dan pengawasan
bodyguard ternyata diluar sana bahaya sudah menghadang sehingga hampir saja dia
terbunuh oleh pembunuh bayaran jika si bodyguard tidak datang menolongnya.
Sejak saat itulah dia sadar posisi dirinya dan apa fungsi bodyguard untuknya.
Dari film itu jika kita
analogikan si wanita cantik itu adalah siswa/siswi kita dan Sekolah/kita adalah
bodyguardnya dan si pengusaha kaya adalah orang tua siswa. Orang tua siswa
mempercayakan anaknya kepada kita untuk dididik dan diajarkan ilmu untuk bekal
hidupnya kelak. Sebagai lembaga pendidikan yang professional yang sudah
dipercaya oleh masyarakat , Sekolahpun membuat aturan, strategi dan kebijakan
pengelolaan pendidikan serta aturan dan tata tertib yang semuanya agar siswa
nyaman dalam menuntut ilmu meningkatkan kompetensi, dan mengembangkan minat /
bakat serta menanamkan karakter yang positif yang sebaik mungkin . Sebagai
pendidik professional maka kita membuat strategi pembelajaran, model
pembelajaran , membimbing praktek, memberikan penugasan kepada siswa agar siswa
dapat meningkatkan kompetensinya.
Apa yang telah diterapkan sekolah
dan guru dalam upaya mencetak siswa/siswi menjadi sosok manusia yang
berkualitas ini diterima sebagai sesuatu yang
menghambat kebebasan,kesenangan mereka. Semua anak adalah menyukai jiwa
bebas dengan kebebasan sebebas-bebasnya sekehendak hatinya. Aturan yang dibuat
sekolah, pembelajaran yang dilaksanakan guru, penugasan, praktek semua dianggap
kegiatan yang membatasi nafsu untuk bersenang-senang mengikuti kemauanya.
Sehingga banyak siswa berusaha keluar dari lingkaran system yang telah dibuat
oleh sekolah dan guru, maka munculah kenakalan-kenakalan yang sebenarnya
merupakan protes mereka terhadap kebebasannya yang terampas.
Kita tidak bisa menyalahkan
mereka 100 % tapi kita juga tidak boleh membenarkan apa yang mereka lakukan.
Strategi dan pendekatan harus dilakukan
untuk mencari solusi terbaik menyadarkan juga
memotivasi anak serta memunculkan kesadaran pada siswa sehingga mereka
yakin semua yang kita lakukan adalah untuk mereka. Kita jangan kecewa kesadaran
mereka akan muncul setelah mereka lulus dari sekolah kita seiring dengan
perkembangan usia dan pola pikir mereka. Segala yang kita lakukan untuk
mendidik anak bangsa adalah amal sholeh yang akan dicatat dan mendapat imbalan
sesuai kadar keikhlasan kita.
Ajibarang, 13 Jumadil akhir 1439/ 1 Maret 2018
Minggu, 10 Juni 2018
Safe Our ekosystem
Menatap alam yang dulu indah bersih dan sejuk, tapi sudah mulai berubah rusak, kotor. Aku tengok lagi kali Prukut hari ini airnya bersih dan debit airnya turun. Apakah dalam proses menyambut wisatawan lokal pada saat hari lebaran nanti ?Mudah-mudahan tidak . Sungai ini harus tetap bersih karena dibawah aliran sungai ini ratusan ribu manusia dengan mata pencaharian dan penghidupan dari air sungai ini. Safe Pule, Safe Curug Cipendok, safe Gunung Slamet.
Minggu, 03 Juni 2018
AKTIFITAS TAK TERJADWAL
Oleh : Mardiyanto
Apa jadwalmu hari ini ?
Sebuah pertanyaan yang kelihatanya biasa-biasa saja tapi
mengandung makna yang sangat penting, karena berkait dengan managemen waktu
bahkan dengan perintah kitab suci
sebagai wahyu ilahiah. Bagaimana mungkin kita dapat memange waktu dengan
efisien sementara jadwal acara kita tidak punya. Hal ini sering kita lakukan
manakala waktu kita senggang seperti saat liburan, bahkan banyak pula aktifitas
rutin kita yang tidak terjadwal sehingga akhirnya kita banyak membuang waktu
atau bahkan malah lupa waktu.
Aktifitas rutin yang sering kita lakukan tidak terjadwal
diantaranya :
·
Kapan kita kondangan, menjenguk orang sakit,
tengok bayi ?
·
Ngobrol ngalor ngidul dikantor sampai tidak
mendengar bel masuk sudah berbunyi.
·
Jalan-jalan di Mall sampai diusir oleh security
karena toko mau tutup.
·
Makan/ngopi
bersama diwarung sambil asyik ngobrol .
Banyak aktifitas kita yang tidak terjadwal sehingga
memangkas waktu untuk aktifitas lain yang lebih produktif.
Padahal jelas sekali Allah memperingatkan kita dengan
kalimat sumpah atas nama waktu yang artinya bahwa waktu itu sangat penting dan
jangan sampai disia-siakan. Waktu adalah
pedang jika kita tidak dapat memotong maka kita akan terpotong.
Mari kita rencanakan dan jadwalkan aktifitas
kita !Sabtu, 02 Juni 2018
BUDAYA LITERASI DIKALANGAN GURU
Oleh : Mardiyanto
Guru SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang
Budaya literasi ( membaca dan
menulis ) di era gawai ( gadget ) tampaknya semakin menurun atau lebih tepatnya
luntur. Kita tidak bisa menyalahkan perkembangan teknologi karena perkembangan
peradaban itu merupakan suatu keniscayaan istilah kerenya sunatulloh yang pasti
akan kita alami dan harus kita sikapi. Teknologi informatika hanya salah satu
factor penyebab saja karena masih banyak factor-faktor yang lain diantaranya kurangnya
motifasi, sarana prasarana yang kurang memadai juga reward yang mungkin dirasa
belum jelas.
Jangankan dikalangan awam dalam
dunia pendidikan yang setiap harinya berkutat dengan aktifitas membaca dan
menulispun budaya literasi dirasakan masih sangat minim . Baik dikalangan siswa
maupun pendidik budaya literasi masih belum menunjukan gejala yang
menggembirakan . Terbukti dari kecilnya angka kunjungan ke perpustakaan baik
siswa maupun guru. Siswa membacapun hanya sebatas yang ditugaskan oleh guru, jarang
sekali yang datang ke perpustakaan karena ingin mendapatkan informasi yang
belum diketahuinya. Sebaliknya gurupun membaca sebatas mengingat kembali apa
yang akan dia ajarkan kepada muridnya. Untuk memperbaharui kompetensinya diluar
yang akan diajarkan pada siswa masih enggan.
Dunia gawai memudahkan kita
sekedar copy paste dari berbagai sumber yang belum jelas kesahihanya dan dari
mana sumber aslinya. Sebagian besar orang malas membaca tulisan-tulisan yang
agak panjang padahal tulisan yang seperti itu biasanya lebih bermutu. Dalam
dunia medsos ( facebook, tweeter, WA , dll ) orang akan lebih senang sekedar
obrolan yang cenderung senda gurau karena pendek dan mudah dipahami. Sementara
untuk membaca artikel atau mungkin catatan yang agak panjang mereka malas.
Terkait dengan budaya literasi ,
untuk membaca teks yang panjang saja malas apalagi sampai pada tingkatan
menulis . Ini tidak hanya pada siswa saja gurupun seperti itu. Walaupun guru
terbiasa mengajar akan tetapi kalau diminta menuliskan materi pelajaranya
mereka kesulitan dan cenderung menyuruh siswanya merangkum sendiri bab yang
telah disampaikan . Sementara ketika siswa diminta merangkumpun mereka sekedar
mencatat kembali beberapa kalimat atau paragraph yang dianggapnya penting .
Hal ini tidak hanya pada guru
Mapel umum bahkan juga guru bahasa ,
walaupun mereka bisa mengajar bagai mana cara membuat karangan yang baik dan
benar akan tetapi mereka sendiri belum
menghasilkan tulisan seperti yang diajarkan.
Mari kita budayakan literasi !
Ajibarang , 10 Januari 2018
RAMADAN ISPIRING
Oleh : Mardiyanto
Hari Sabtu adalah jadwal tetap perkuliahanku di
Pasca Sarjana UAD. Walaupun bulan Ramadan kami berenam guru-guru dari SMK
Muhammadiyah 2 Ajibarang tetap bersemangat berangkat kuliah. Seperti biasa
Jum’at malam kami berangkat dari Ajibarang pukul 22.00 WIB. Dengan menggunakan
Kijang Grand warna merah marun tahun 97 kami meluncur ke Terminal Purwokerto.
Dari Purwokerto kami menggunakan Bus Citra Adi Lancar dengan jadwal
pemberangkatan jam 23.30 menuju Yogyakarta. Perjalanan cukup lancer sehingga
pukul 03.45 kami sudah sampai di Terminal Giwangan Yogyakarta. Kami langsung
menuju warung nasi untuk makan sahur.
Setelah selesai sahur kami langsung menuju
masjid Al Ikhlas yang berlokasi sekitar 50 meter dibelajkang Terminal Giwangan.
Disana kami melaksanakan segala keperluan pribadi walaupun sekedar gosok gigi
dan berwudlu untuk mempersiapkan diri berjamaah sholat Subuh. Kami meletakan
tas-tas didepan shoft agar ketika sholat hati tidak was-was. Sholat Subuh
berlangsung dengan khusyu Imam sholat membacakan ujung Surat “Abasa dan surat
Al Insyirah.
Setelah sholat dan berdzikir tampilah seorang
anak usia kelas 6 SD sebagai MC yang membuka kuliah Subuh dengan bacaan
Basmalah. Kemudian mempersilahkan pembicara menyampaikan kuliah subuh. Melihat
model pengkaderanya cukup mengagumkan, anak seusia itu sudah berani tampil
bahkan sudah lancar dan fasih sebagai MC. Pembicara memulai kuliah Subuh dengan
menyajikan sebuah kisah inspiratif.
Ada dua orang sahabat yang sangat akrab bernama
Al Farisi dan Al Bagdadi. Mereka berasal
dari dua daerah yang berbeda Al Farisi dari Persia sedangkan Al Bagdadi
berasal dari Bagdad yang dikenal dengan negeri 1001 malam. Mereka tinggal dan
menuntut ilmu bersama-sama selama beberapa tahun sehingga persahabatan mereka
sangat akrab bahkan seperti saudara sendiri. Setelah selesai menuntut ilmu
bersama sampailah saat mereka harus berpisah dan kembali ke tempat
masing-masing. Sebelum berpisah mereka bersepakat bahwa akan mengingat
persahabatan mereka sampai kapanpun, sling membantu dan saling mendoakan satu
sama lain.
Setelah berpisah masing-masing sibuk dengan
kehidupanya sendiri. Al Farisi berbisnis di Persia sementara Al Bagdadi
berdagang di Bagdad dan keduanya sama-sama sukses. Sampai pada suatu ketika
kondisi ekonomi mulai berubah sehingga
Al Bagdadi mengalami kegoncangan ekonomi sampai dengan bangkrutlah usahanya.
Dalam kondisi susahnya Al Bagdadi teringat sahabatnya Al Farisi. Akhirnya Al
Bagdadi memutuskan untuk menemui sahabatnya Al Farisi walaupun harus menempuh
perjalanan yang sangat jauh.
Kedatangan Al Bagdadi disambut dengan sangat
baik dipilihkan hotel terbaik untuk menginap dan dihidangkan makanan terbaik.
Sampailah saatnya Al Bagdadi menceritakan keadaanya yang sedang bangkrut. Al
Farisi mendengarkan dengan seksama kemudian berusaha menghibur dan membesarkan
hatinya serta memberikan bantuan untuk modal usaha agar bisa bangkit kembali.
Setelah tinggal cukup lama akhirnya Al Bagdadi pulang dengan membawa modal
bntuan dari sahabatnya Al Farisi.
Betapa persahabatan Al Farisi dan Al Bagdadi
adalah persahabatan yang sangat tulus saling mencintai, saling menghormati
bahkan membantu ketika sahabatnya dalam kesulitan. Al Bagdadi memulai kembali
usahanya dengan modal bantuan sahabatnya. Semakin lama usahanya kembali bahkan
meningkat sangat drastis sehingga Al Bagdadi menjadi pengusaha yang kaya dan
sukses. Sementara kondisi ekonomi Al Farisi sebaliknya kondisinya memburuk
sampai akhirnya Al Farisipun bangkrut.
Dalam kesulitannya Al Farisi teringat
sahabatnya Al Bagdadi maka pergilah dia ke Bagdad menemui sahabatnya. Ketika
sampai depan dirumah sahabatnya Al Bagdadi dia mengetuk pintu sampai sangat
lama. Setelah menunggu sangat lama
bahkan hatinya mulai kesal akhirnya keluarlah pembantunya dan mengatakan AlBagdadi
sedang sibuk dan tidak bisa ditemui.
Dengan perasaan campur aduk pulanglah Al Farisi kembali kenegerinya di Persia.
Ketika ditengah perjalanan tiba-tiba datang seseorang mendekat dan menyerahkan
sebuah bungkusan besar sambil berkata, “ Wahai saudara aku titip barang ini
akan aku ambil dua hari lagi , jika dalam dua hari aku tidak datang maka barang
ini menjadi milikmu.” Lalu orang itupun pergi begitu saja. Dibalik
keterkejutanya Al Farisi mematuhi permintaan orang tersebut ditungguinya
bungkusan titipan itu.
Sampai dua hari, tiga hari bahkan setelah beberapa hari orang yang
menitipkan bungkusa tersebut tidak kembali. Akhirnya Al Farisi memutuskan untuk
membawa bungkusan tersebut menjadi
miliknya sebagaimana pesan yang disampaikan padanya. Sebelum membawanya Al
Farisi ingin mengetahui apa isi bungkusan yang ditipkan padanya. Ketika
bungkusan itu dibuka maka terkejutlah Al Farisi karena ternyata isi bungkusan
tersebut adalah perhiasan yang sangat banyak. Al Farisi sangat bahagia dan
dalam benaknya timbul pemikiran mungkin
inilah cara Allah menolong dirinya yang saat ini sedang dalam kesulitan.
Pulanglah Al Farisi kenegerinya Persia dengan membawa perhiasan yang akan
digunakanya sebagai modal untuk membangkitkan kembali usahanya.
Ditengah perjalanan ada seorang wanita
mendekati dan berkata,” Wahai anak muda tolonglah aku yang kelaparan , sudah
beberapa hari tidak makan.” Melihat kondisi wanita tua yang memelas maka
diambilah beberapa perhiasan diberikan kepadanya. “ Ambilah Bu pakailah untuk
membiayai hidupmu mudah-mudahan cukup.’ Dengan gembira wanita itupun
menerimanya sambil berkata, “ Terimakasih wahai anak muda, engkau sungguh anak
yang baik kamu tunggulah sebentar disini,” Setelah beberapa saat wanita tua itu
kembali dengan seorang wanita muda yang wajahnya ditutup cadar seraya berkata,”
Wahai anak muda jika kau bersedia,
nikahilah wanita ini.” Dada Al Farisi
berdebar kencang maka disingkaplah cadar yang menutup wajah wanita muda itu.
Subhanalloh dari balik cadar itu munculah wajah yang sangat cantic jelita.
Akhirnya menikahlah Al Farisi dengan wanita itu dan dibawa pulang ke negerinya.
Begitulah jika mengharap sesuatu kepada manusia
maka akan kecewa tapi jika berharap kepada Allah maka Allah akan mendatangkan
bantuan dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
Setelah selesai Sholat Subuh kami segera
menghubungi Grab untuk melanjutkan perjalanan ke kampus.
Yogyakarta, 2 Juni 2018
Kamis, 24 Mei 2018
Kemandirian Versus Kemajuan
Z
|
aman boleh berubah seiring dengan perubahan peradaban yang
berlangsung . akan tetapi nilai-nilai pendidikan yang harus ditanamkan pada
anak didik kita tetaplah sama. Demikian juga nilai kemandirian yang merupakan
karakter sangatlah ugen dimasa dulu maupun sekarang agar anak-anak kita
nantinya dapat menyesuaikan dengan keadaan alam yang beragam.
Dulu nilai kemandirian dalam pendidikan kepanduan sangatlah
ditekankan . Dengan adanya perkemahan dimana anak didik berlatih hidup mandiri
dilingkungan alam dengan keterbatasan yang ada. Peserta kemah harus mencari air
sendiri, memasak sendiri, mencuci baju dan menjemurnya sampai kering, itu semua
dilakukan sendiri . Memasak air mengambil air dari mata air yang jaraknya tidak
dekat dan membawanya dengan kekuatan yang dimiliki. Nasi dimasak dan dimakan
sendiri, laukpun dibuat sendiri entah bagaimanapun rasanya tapi itu hasil jerih
payah sendiri maka kenikmatanya lebih dari masakan rumah makan manapun. Baju
yang digunakan dicuci dan dijemur sampai kering untuk dipakai lagi. Semuanya
menggunakan sarana yang ada dan disediakan oleh alam sehingga pepatah “ Taka da
rotan akarpun jadi “ menjadi sangat kental dan tertanam dalam hati. Semua
penerangan menggunakan cahaya alami yang mereka siapkan sendiri tanpa listrik
dan alat komunikaasi .Betapa hebat semangat dan bangganya mereka setelah pulang
dari perkemahan bagaikan pahlawan pulang dari medan pertempuran dengan membawa
kemenangan.
Bagaimanakah pendidikan kemandirian melalui perkemahan
dimasa sekarang ini ?
Anak-anak kita sudah terbiasa dilatih hidup enak dengan
dukungan energy dan teknologi sehingga ketergantungan mereka dengan dua hal ini
tidak dapat dihindari. Ketiadaan energy menjadi kiamat yang pertamakali
mematikan kreasi. Dimasa sekarang anak berkemah menggunakan tenda setelan yang
tinggal pasang, sudah disediakan papan kayu untuk mengatasi permukaan tanah
yang tidak rata dan kadang becek, penerangan menggunakan listrik yang sudah
tersedia , air minum sudah membawa dengan gallon yang sudah terisi. Makan sudah
dipesan menggunakan catering yang sudah siap diantar tiga kali sehari dengan
menu yang sudah diatur bervariasi.
Banyak nilai kemandirian yang gagal ditanamkan pada kegiatan
perkemahan ini. Tidak ada kegiatan memasak, mencuci, mandi dikali, bahkan
tidurpun sudah siap dengan alas empuk seperti dirumah sendiri. Prestasi yang
dijadikan tolok ukur kesuksesan kegiatan ini. Bahkan anak sudah enggan lagi
bersosialisasi karena merka sudah punya komunitas sendiri melalui alat
komunikasi. Berkumpul bersamapun masing-masing sibuk memainkan jari. Kenangan
yang diperoleh dari kegiatan ini hanya terbukti dari foto selfi.
Inikah potret kepanduan masa kini ?
Senin, 21 Mei 2018
MENDIDIK DENGAN PENDEKATAN REFLEKSI
Oleh : Mardiyanto
Guru SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang
Dalam proses pendiidikan masa lalu bahkan mungkin masih
berlaku sampai sekarang yang menjadi obyek pendidikan adalah siswa. Yang lebih
ekstrim lagi siswa menjadi kambing hitam atas hasil yang bersifat negative
tanpa kita pernah merefleksi pada si pendidik. Hampir semua kesalahan ada pada
siswa. Sehingga munculah banyak istilah pendidikan seperti pendidikan karakter,
kurikulum berbasis kompetensi, metode pembelajaran , model pembelajaran dan
segudang istilah pendidikan yang lain yang semuanya bermuara pada bagaimana
siswa bla…bla…bla.
Adakah kita pernah merefleksi terhadap para pendidik itu
sendiri ? Apa yang dilakukan siswa adalah sebagian besar meniru pendahulunya termasuk
gurunya. Siswa adalah kaca benggala dagi guru sehingga tidak salah kalau orang
jawa mengidiomkan bahwa guru itu digugu dan ditiru. Lebih keras lagi “ guru kencing
berdiri murid kencing berlari “. Kejelekan sekecil apapun seorang guru akan
berimbas pada karakter siswanya dengan porsi yang lebih besar.
Jika dalam sekolah kita banyak sekali siswa terlambat ,
paling kita hanya menyelusuri mengapa siswa kita banyak yang
terlambat ? Pernahkah kita berfikir bahwa banyaknya siswa kita terlambat apakah karena guru kita
juga sering datang terlambat ?
Ketika tiba musim ujian semester atau ulangan tengah
semester kita heboh dengan hasil yang jelek , siswa kita malas belajar, malas
membaca, malas mengerjakan tugas , suka nyontek, dan ngepek , dan sebagainya.
Kita bahkan lupa bahwa pada saat yang sama ketika ada Ujian Kompetensi Guru (
UKG ) hasilnya diluar dugaan hanya lulus dengan prosentase yang sangat kecil
alias hasilnya jelek. Banyak guru kita yang tidak suka membaca dan enggan
belajar lagi untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dirinya. Ilmu yang diajarkan dari tahun ke tahun ya hanya
itu-itu saja, dan bukunya masih tetap pakai yang lama tanpa up grade maupun
up date .
Apakah guru mengajar menggunakan persiapan administrasi
pembelajaran yang dibuat sendiri atau minimal memodifikasi dari yang sudah ada
atau tinggal copy paste dan ganti nama ? apa bedanya dengan siswa kita ,
barangkali siswa kita yang nyontek mungkin karena dilahirkan dari kita sebagai
pendidik yang juga suka menyontek alias copy paste.
Jadi pendekatan Refleksi yang saya maksud dalam tulisan saya
adalah jika kita akan menciptakan sesuatu yang baik maka kita harus menciptakan
diri kita sebagai pribadi yang berkarakter baik terlebih dahulu . Jika kita
akan menanamkan sikap disiplin maka kita harus disiplin terlebih dahulu.
Sehingga kegiatan Belajar Mengajar itu dalam makna yang lebih luas bukan hanya
siswa yang belajar dan guru yang mengajar saja akan tetapi guru belajar bagaimana mengajar dan siswa
belajar menerima pelajaran dan mengaplikasikanya dalam kegiatan.
Barangkali kita juga terlahir dari generasi yang bermodel
seperti itu dari orang tua kita. Banyak jargon yang dari dulu kita kenal : “
Sekolah sing pinter aja kaya Bapakmu . “
Kita terdidik jangan sama dengan senior kita . Mungkin kita tidak
akan atau tidak berani berkata pada
siswa kita “ Belajar yang rajin biar pandai tidak seperti pak Guru .”
Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi bahan refleksi bagi
saya pribadi sebagai seorang pendidik dan bermanfaat bagi para pendidik pada
umumnya.
Persembahan akhir tahun 2017 , semoga tahun yang akan datang
lebih berkesan.
Selasa, 15 Mei 2018
BUDAYA
KONVOI PASCA KELULUSAN
Mardiyanto
Mahasiswa
Pasca Sarjana Magister Pendidikan Vokasi UAD
Pada
dasarnya dikenal dua teori persekolahan
yaitu teori struktural fungsional yang dipelopori oleh Emile Durkheim dan
teori konflik yang dipelopori oleh Max Weber. Dalam perkembangannya menjadi dasar teori
persekolahan, karena melihat sekolah sebagai institusi yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat yang menjadi pure wilayah kajian sosiologi.
Emile Durkheim dalam salah satu teorinya tentang gerakan sosial menyebutkan
kesadaran kolektif yang mengikat individu-individu melalui berbagai symbol dan
norma sosial. Kesadaran kolektif ini merupakan unsur mendasar dari terjaganya
eksistensi kelompok. (Novri Susan, 2009;
45).
Dalam dunia persekolahan, teori struktural
fungsional memandang sekolah sebagai arena mewujudkan keteraturan sosial.
Menurut teori ini, sekolah merupakan sebuah kesatuan sistem dimana di dalamnya
terdapat bagian-bagian yang dibedakan dengan memiliki fungsi dan peran
masing-masing. Sebagai suatu sistem, fungsi dari masing-masing bagian
mewujudkan tatanan menjadi seimbang. Bagian tersebut saling ketergantungan
antara satu dengan yang lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak
berfungsi akan merusak keseimbangan sistem.
Di sekolah ada guru, ada siswa, dan ada
interaksi yang melibatkan guru dan siswa. Apabila ada salah satu yang tidak
berfungsi secara maskimal, maka kualitas pembelajaran tidak akan maksimal.
Demikian halnya ada lingkungan sekolah, lingkungan kelas, ada fasilitas sekolah
dan ada sumber belajar. Masing-masing komponen tersebut mempunyai peran dan
ikut mempengaruhi prestasi sekolah. Melalui teori struktural fungsional,
sekolah mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan masyarakat menjadi
cerdas, berbudaya, memelihara keteraturan, serta mewujudkan pembangunan. Tanpa
sekolah, masyarakat akan mengalami kesulitan dalam berkembang, tidak akan
tumbuh menjadi dewasa dan cerdas, dan tidak akan bermanfaat serta tidak akan
ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan demikian, menurut teori ini sekolah
menjadi hal yang niscaya dalam masyarakat, melalui sekolah masyarakat dapat
berkembang, dapat berubah, dan dapat menjadi lebih baik. Sehingga, ketika
sekolah memberlakukan asas kesetaraan dan kesamaan kesempatan untuk belajar,
pembagian kelas yang merata dan adil, tidak ada seleksi masuk, mekanisme
perengkingan dihilangkan, menganggap semua siswa memiliki bakat dan potensi
yang sama untuk dikembangkan, menunjukan dominannya teori struktural fungsional
dalam pengelolaan sekolah.
Dalam perspektif teori konflik, tradisi
coret-coret seragam sebagai perhelatan besar pelulusan menjadi hal yang biasa karena
menjadi wahana ekspresi kegembiraan setelah menamatkan pendidikan selama kurun
waktu tiga tahun. Tetapi, dalam sudut pandang teori struktural fungsional,
tradisi tersebut dapat menjadi bukti lemahnya peran sekolah dalam mewujudkan
keteraturan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.
Situasi pengumuman pelulusan menunjukkan bahwa
sekolah tidak mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan orang tua murid. Oleh
karena itu, penting untuk mengembalikan fungsi sekolah agar dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Tiga fungsi pokok sekolah adalah :
Pertama, sharing (berbagi).
Melalui sekolah, baik antara siswa dengan siswa atau antara siswa dangan guru
dapat saling berbagi. Guru dapat berbagi pengalaman kepada siswa, siswa juga
dapat berbagi pengalamannya kepada guru atau kepada sesama siswa. Terkadang,
siswa memiliki keterbatasan dalam mengelola pengalaman untuk mendapatkan nilai
positif, disini sangat penting untuk saling berbagi. Dengan langkah ini, siswa
akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih komplit.
Kedua caring (peduli). Langkah ini dapat
menjadi cara yang tepat untuk memahami berbagai persoalan yang dihadapi oleh
siswa. Hampir semua siswa mempunyai problem, apakah terkait dengan pribadi
maupun keluarga atau dengan lingkungan sosialnya. Tetapi, terkadang mereka
tidak menemukan tempat yang tepat untuk mencurahkan segala problem yang
dihadapi. Melalui kegiatan peduli, hubungan siswa dengan guru atau siswa dengan
sesama akan semakin lekat, dan melalui kegiatan peduli pula, siswa akan melihat
sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk mendapatkan solusi atas segala
kepahitan yang dialami. Memberikan perhatian kepada sesama, atau perhatian dari
guru ke siswa, akan menumbuhkan rasa solidaritas dan persaudaraan yang kuat
diantara sesama komunitas sekolah.
Ketiga learning (belajar). Kegiatan ini
akan terjadi, apabila ada interaksi-dialogis antara siswa dengan guru dan siswa
dengan sesama siswa. Jika dalam kegiatan pembelajaran hanya guru yang aktif,
maka yang terjadi adalah indoktrinasi. Oleh karena itu, peran guru yang dominan
harus dikurangi. Posisi guru dan siswa sebaiknya adalah mitra, sehingga
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, melalui
belajar, siswa akan menganggap sekolah sebagai tempat yang paling baik dan
nyaman untuk mengembangkan sikap dan prilaku, mengembangkan pengetahuan, dan
mengembangkan keterampilan demi mencapai kesuksesan.
Selama ini, fungsi sekolah belum berjalan
sebagaimana mestinya. Fungsi sharing, caring, dan learning masih sering
terabaikan, perhatian sekolah lebih tertuju pada pencapaian target kurikulum
sehingga hanya sebagian saja siswa yang dapat terdorong untuk belajar dan sukses.
Nampaknya, inilah yang menjadi penyebab mengapa
tradisi coret-coret dalam setiap momen pelulusan belum bisa dihilangkan (oleh
sebagian sekolah). Fungsi sekolah untuk memberikan sharing, caring, dan learning bagi peserta didik
belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Apakah masyarakat sekolah dan lingkungan
sekitar sekolah terutama wali siswa
menganggap bahwa fenomena konvoi
dan coret menyoret itu hal yang biasa sehingga kurang serius dalam menghimbau
siswanya agar tidak melakukanya. Hampir dipastikan sekolah dan orang tua siswa
pasti melakukan pelarangan pada anak agar tidak melakukan konvoi dan
coret-menyoret akan tetapi seberapa seriuskah ?
Menurut pengamatan saya konvoi dan coret
menyoret pasca kelulusan SMA/SMK tahun ini sepertinya agak menurun disbanding
tahun sebelumnya terutama diwilayah sekitar saya . Apakah ini indicator sekolah sudah dapat melaksanakan fungsi
strukturalnya ? Atau mungkin juga bagi siswa sendiri kelulusan bukanlah hal
yang istimewa karena hampir semua siswa yang telah mengikuti semua kegiatan
evaluasi di sekolah dinyatakan lulus. Wallohu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)